Kapolri memberikan keterangan resmi mengenai jumlah korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan pada malam 1 Oktober.
Bapak Dedi Prasetyo mempublikasikan angka-angka kerusuhan di Indonesia kepada pers. Foto: Liga 1. |
Pada pagi hari tanggal 5 Oktober, Bapak Dedi Prasetyo, perwakilan dari Kepolisian Republik Indonesia, mengatakan: "Setelah menyelesaikan proses pengecekan dan perbandingan data dari berbagai sumber, sejak 5 Oktober jumlah korban tewas telah 131. Orang".
Secara khusus, Bapak Dedi Prasetyo mengumumkan data yang menunjukkan bahwa 44 orang meninggal di 3 sistem rumah sakit pemerintah, 75 meninggal di 7 rumah sakit swasta dan 12 meninggal di fasilitas kesehatan lainnya.
Pada 3 Oktober, pihak kepolisian Indonesia mengkonfirmasi jumlah korban tewas mencapai 125 orang. Kerusuhan itu terjadi dalam pertandingan sepakbola antara Arema melawan Persebaya di babak 11 Liga 1 dan dimenangkan oleh tim tandang persebaya 2-3. Suporter tuan rumah tidak bisa menahan diri dan tumpah ruah ke lapangan, menciptakan kerusuhan terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Tiga saksi mengatakan kepada Guardian bahwa polisi tidak hanya menembakkan gas air mata ke para ekstremis yang membanjiri lapangan, mereka yang berdiri di tribun masih diserang dan tidak ada peringatan yang diberikan sebelumnya.
"Orang-orang berlarian mencoba keluar," kata Reihan Zailani, yang hadir di Stadion Kanjuruhan pada malam 1 Oktober, kepada Al Jazeera. "Pintu keluarnya terkunci dan orang-orang saling menginjak-injak di sana."
Pakar hukum Daniel Alexander Siagian berpendapat bahwa pihak berwenang belum mengikuti prosedur yang jelas dan direkomendasikan. "Derby Jawa Timur selalu sangat panas dan mereka (penguasa) harus mengambil tindakan terlebih dahulu," analisa Siagian. "FIFA telah lama menyarankan polisi untuk tidak menggunakan gas air mata di stadion, tetapi pada akhirnya mereka melakukannya." Pemerintah Indonesia berencana membentuk komisi independen untuk menyelidiki insiden tersebut.
Pada malam tanggal 2 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati para korban tragedi di Malang (provinsi Jawa Timur, Indonesia). Pemain klub Arema dan Persebaya serta petinggi PSSI juga menyampaikan simpati dan belasungkawa kepada keluarga korban yang tidak beruntung.
Tidak ada komentar
Posting Komentar